Breaking News

Aplikasi Embrio Transfer (ET) Perdana Tahun 2025 di Kabupaten Padang Pariaman


Ditengah kesulitan dan segala keterbatasan dinas peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten Padang Pariaman tetap berusaha menjalankan program program unggulan untuk peningkatan kesejahteraan peternak salah satu nya program / kegiatan embrio transfer hasil kerja sama dengan BPTSD Tuah Sakato payakumbuh selaku salah satu penyedia semen beku (straw) terkemuka di Indonesia. Program embrio transfer ini bertujuan untuk mendapatkan pejantan (bull) yang berkualitas unggul untuk nantinya dipanen sperma berkualitas yang akan di Inseminasikan ke ternak ternak rakyat, sehingga anak sapi yang dilahirkan nantinya diharapkan juga memiliki keunggulan genetik dari pejantan tersebut.

Hari ini kamis 17 april 2025 merupakan aplikasi embrio transfer pertama untuk tahun 2025 di Kabupaten padang pariaman, Tim ET Dinas Peternakan & Kesehatan hewan Kabupaten padang pariaman di dampingi PLT Kepala Dinas, Bapak Zulkhailisman, S.Pt, M.Sii melaksanakan aplikasi embiro transfer ke sapi peternak  an Rina di palak juha  nagari lurah ampalu kec 7 koto sei sariak, setelah melakukan beberapa pemeriksaan kelayakan ternak sebagai calon penerima embrio akhirnya tim ET Disnakkeswan sepakat menyatakan  bahwa sapi an rina layak untuk menjadi resipien (penerima embrio) Embrio transfer dan proses aplikasi ET pun langsung dilaksanakan.

Sekilas tentang Embrio transfer pada sapi :

Salah satu metode bioteknologi reproduksi tingkat sel yang sudah terbukti dapat dipakai untuk mempersingkat waktu pencapaian perbaikan tingkat mutu genetik diharapkan adalah transfer embrio (TE). Keuntungan penggunaan metode transfer embrio adalah dapat ditingkatkannya kapasitas reproduksi dari sapi betina. Meskipun tingkat keberhasilan TE belum sebaik Inseminasi Buatan (IB), namun TE dapat memperpendek interval generasi antara tahapan seleksi dengan dapat dihasilkannya progeny donor dalam persentase yang tinggi.  Transfer embrio merupakan teknologi reproduksi yang dipakai dalam program pemuliabiakan ternak dengan memanfaatkan bibit induk betina unggul dan juga jantan unggul secara maksimal untuk peningkatan produktivitas (jumlah dan kualitas) ternak. Tujuan TE adalah peningkatan produktivitas yang terintegrasi dengan perbaikan mutu genetik ternak dalam waktu yang singkat. Teknologi TE memberikan keuntungan ganda, yaitu dapat memfasilitasi peningkatan mutu genetik ternak sekaligus memperoleh    sapi yang berkualitas genetik tinggi dalam jumlah besar baik dari pejantan maupun dari betina unggul. Keuntungan lainnya dari embrio transfer adalah memudahkan embrio didistribusi antar wilayah bahkan antar negara dalam keadaan beku, sehingga tidak perlu mengangkut ternak hidup dalam jarak yang jauh. Terdapat 3 (tiga) tahapan dalam aplikasi TE yaitu seleksi lokasi, seleksi peternak dan seleksi resipien. Adapun yang pertama adalah seleksi lokasi  yang merupakan hal penting dalam penerapan aplikasi TE, yang mana lokasi yang dipilih merupakan lokasi dengan tingkat keberhasilan IB tinggi dengan S/C<1,7 yang artinya ternak tersebut tidak lebih dari 2 kali IB untuk menjadi bunting, selain itu lokasinya harus bebas dari penyakit hewan menular, dan tersedian sapi resipien yang memenuhi syarat teknis sebagai sapi potong maupun sapi perah. Tahapan kedua merupakan seleksi peternak, adapun peternak yang dipilih sebaiknya peternak bersedia mengikuti kesepakatan yang berkaitan dengan ternak hasil TE, selain itu peternak harus memiliki resipien yang memenuhi persyaratan TE dan memilik sisten pencatatan atau recording yang baik. Tahapan ketiga adalah seleksi resipien yang telah memenuhi kriteria sebagai berikut :

1.      Umur sapi betina relatif muda/dara atau sapi dewasa yang sudah beranak 1 (satu) kali.

2.      Performa tubuh baik ditandai dengan Body Condition Score (2,5-3).

3.      Berat badan minimal 300 kg.

4.      Tidak pernah mengalami gangguan reproduksi.

5.      Siklus birahi normal (18-21 hari)

 

Terdapat 3 (tiga) tahapan metode transfer embrio yang terdiri dari segar, direct dan kultur. Namun metode yang paling sering digunakan adalah metode direct atau langsung. Pada metode direct, embrio yang digunakan adalah embrio yang sudah dibekukan. Kemudian straw yang beisi embrio beku di thawing/diencerkan terlebih dahulu dengan cara didiamkan diudara selama 10 detik, selanjutnya dimasukkan kedalam air dengan suhu 38C selama 5 detik. Kemudian straw dimasukan kedalam gun TE untuk segera dimasukkan kedalam saluran reproduksi sapi betina resipien.

 

Ternak sapi hasil TE tentunya memiliki kualitas genetic yang baik karena barasal dari pejantan dan betina unggul. Adapun anak hasi TE yang berjenis kelamin jantan biasanya akan dimanfaatkan oleh Balai Inseminasi Buatan (BIB) terkait untuk dijadikan sebagai pejantan unggul untuk memproduksi semen beku. Namun apabila hasil TE adalah ternak betina biasanya juga dapat dijadikan sebagai sapi donor yang dimanfaatkan oleh Balai Embrio Transfer. Kelahiran sapi betina pada hasil TE juga dapat dijual oleh peternak tentunya dengan harga yang lebih tinggi karena ternak hasil TE merupakan bibit unggul.

 

Meskipun teknologi TE memberikan keuntungan yang nyata, namun tingkat keberhasilan TE masih relatif rendah. Oleh sebab itu perlu kerjasama antara stakeholder terkait untuk mengkaji lebih dalam mengenai penerapan teknologi TE. Sehingga besar harapan teknologi TE dapat berkembang dengan pesat sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh peternak.

 



BACA JUGA